PERNYATAAN RASIAL
MALAYSIA PANGGIL DUBES
SOAL PERNYATAAN LEE KUAN YEW
Kuala Lumpur, Kamis 28 Septembr 2006 - Pemerintah Malaysia, Kamis (28/9), memanggil Duta Besar Singapura untuk menjelaskan pernyataan Menteri Mentor Singapura Lee Kuan Yew bahwa masyarakat etnik minoritas China di Malaysia dan Indonesia menjadi kaum yang dipinggirkan.
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Malaysia Rastam Isa telah bertemu dengan Komisioner Tinggi Singapura T Jasudasen, tetapi pihak Kementerian Luar Negeri Malaysia tidak bersedia mengungkap isi pertemuan tersebut.
Menurut seorang anggota Komisi Tinggi Singapura di Kuala Lumpur, Malaysia, dalam pertemuan itu para pejabat Kementerian Luar Negeri Malaysia meminta klarifikasi tentang pernyataan Lee.
"Pada saatnya, Singapura pasti akan memberikan tanggapan melalui saluran-saluran yang seharusnya," kata pejabat Singapura yang tak bersedia disebut namanya.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Malaysia Abdullah Ahmad Badawi dikabarkan sudah mengirim surat kepada Pemerintah Singapura, yang tujuannya untuk meminta permohonan maaf dari Singapura.
Badawi mengungkapkan ketidaksenangannya atas pernyataan itu dan mengisyaratkan hal itu dapat memprovokasi warga kaum China Malaysia, yang merupakan kelompok etnik terbesar kedua di Malaysia yang berpenduduk 26 juta jiwa. Badawi juga menyatakan, di Singapura, yang berpenduduk mayoritas etnik China, hubungan antargolongan juga tidak sempurna.
Minta Maaf
Menurut harian The New Straits Times, kemarin, Menteri Luar Negeri Malaysia Syed Hamid Albar menyatakan bahwa negaranya berharap Singapura menyatakan maaf atas pernyataan yang dibuat Lee.
"Saya yakin bahwa motif Singapura adalah untuk membuat Malaysia tampak buruk di mata para investor asing. Akan tetapi, mereka tak akan berhasil karena dunia dapat melihat bahwa kami, rakyat Malaysia, selalu berdiri bersama sebagai sebuah bangsa," ungkap Syed Hamid seperti dikutip surat kabar Malaysia itu.
Dalam sebuah pertemuan di Singapura, 15 September lalu, Lee Kuan Yew, tokoh pendiri Singapura yang dalam kabinet sekarang menjabat sebagai menteri mentor, menyatakan bahwa Malaysia dan Indonesia memiliki masalah dengan golongan China. "Mereka (orang China) adalah orang-orang yang berhasil. Mereka adalah pekerja keras. Oleh karena itu, mereka secara sistematis dipinggirkan (marginalized)," tutur Lee.
Lee juga menyatakan bahwa kedua negara tersebut (Malaysia dan Indonesia) ingin agar Singapura selalu mengalah, seperti orang-orang China yang menjadi warganya.
Malaysia dan Singapura memiliki hubungan kebudayaan dan ekonomi yang erat, tetapi juga memiliki sejarah persaingan dan persengketaan. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara bertetangga itu juga bersitegang soal harga air yang dipasok Malaysia ke Singapura. Mereka juga terlibat persengketaan teritorial terkait dengan sebuah pulau kecil, yang kasusnya sampai dibawa ke Mahkmah Internasional.
Departemen Luar Negeri (Deplu) RI dikabarkan juga sudah memanggil Duta Besar (Dubes) Singapura di Jakarta untuk mengklarifiksi pernyataan Lee.
MALAYSIA PANGGIL DUBES
SOAL PERNYATAAN LEE KUAN YEW
Kuala Lumpur, Kamis 28 Septembr 2006 - Pemerintah Malaysia, Kamis (28/9), memanggil Duta Besar Singapura untuk menjelaskan pernyataan Menteri Mentor Singapura Lee Kuan Yew bahwa masyarakat etnik minoritas China di Malaysia dan Indonesia menjadi kaum yang dipinggirkan.
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Malaysia Rastam Isa telah bertemu dengan Komisioner Tinggi Singapura T Jasudasen, tetapi pihak Kementerian Luar Negeri Malaysia tidak bersedia mengungkap isi pertemuan tersebut.
Menurut seorang anggota Komisi Tinggi Singapura di Kuala Lumpur, Malaysia, dalam pertemuan itu para pejabat Kementerian Luar Negeri Malaysia meminta klarifikasi tentang pernyataan Lee.
"Pada saatnya, Singapura pasti akan memberikan tanggapan melalui saluran-saluran yang seharusnya," kata pejabat Singapura yang tak bersedia disebut namanya.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Malaysia Abdullah Ahmad Badawi dikabarkan sudah mengirim surat kepada Pemerintah Singapura, yang tujuannya untuk meminta permohonan maaf dari Singapura.
Badawi mengungkapkan ketidaksenangannya atas pernyataan itu dan mengisyaratkan hal itu dapat memprovokasi warga kaum China Malaysia, yang merupakan kelompok etnik terbesar kedua di Malaysia yang berpenduduk 26 juta jiwa. Badawi juga menyatakan, di Singapura, yang berpenduduk mayoritas etnik China, hubungan antargolongan juga tidak sempurna.
Minta Maaf
Menurut harian The New Straits Times, kemarin, Menteri Luar Negeri Malaysia Syed Hamid Albar menyatakan bahwa negaranya berharap Singapura menyatakan maaf atas pernyataan yang dibuat Lee.
"Saya yakin bahwa motif Singapura adalah untuk membuat Malaysia tampak buruk di mata para investor asing. Akan tetapi, mereka tak akan berhasil karena dunia dapat melihat bahwa kami, rakyat Malaysia, selalu berdiri bersama sebagai sebuah bangsa," ungkap Syed Hamid seperti dikutip surat kabar Malaysia itu.
Dalam sebuah pertemuan di Singapura, 15 September lalu, Lee Kuan Yew, tokoh pendiri Singapura yang dalam kabinet sekarang menjabat sebagai menteri mentor, menyatakan bahwa Malaysia dan Indonesia memiliki masalah dengan golongan China. "Mereka (orang China) adalah orang-orang yang berhasil. Mereka adalah pekerja keras. Oleh karena itu, mereka secara sistematis dipinggirkan (marginalized)," tutur Lee.
Lee juga menyatakan bahwa kedua negara tersebut (Malaysia dan Indonesia) ingin agar Singapura selalu mengalah, seperti orang-orang China yang menjadi warganya.
Malaysia dan Singapura memiliki hubungan kebudayaan dan ekonomi yang erat, tetapi juga memiliki sejarah persaingan dan persengketaan. Dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara bertetangga itu juga bersitegang soal harga air yang dipasok Malaysia ke Singapura. Mereka juga terlibat persengketaan teritorial terkait dengan sebuah pulau kecil, yang kasusnya sampai dibawa ke Mahkmah Internasional.
Departemen Luar Negeri (Deplu) RI dikabarkan juga sudah memanggil Duta Besar (Dubes) Singapura di Jakarta untuk mengklarifiksi pernyataan Lee.
Adanya pemanggilan ini dibenarkan pihak Kementerian Luar Negeri Singapura. "Sesuai dengan permintaan, dubes kami di Jakarta kemarin bertemu dengan para pejabat Deplu RI," demikian dinyatakan Kementerian Luar Negeri Singapura.
Malaysia dan Indonesia sama-sama memiliki kelompok etnik minoritas China, sedangkan Singapura mayoritas penduduknya keturunan China. (AP/muk)
– KOMPAS, 29 September 2006
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/29/ln/2986638.htm
1 comment:
Apa akn jadi dgn Barisan Nasional ??? Makin lama makin Kalut ..Adakah kepimpinan Paklah bol emempertahan kan Bangsa dan Maruah kita.??
Post a Comment